Radarnesia.com – Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra menerima gelar adat Datok Seri Indra Nara Wangsa dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, dalam upacara adat di Lingga.
Gelar Datok Seri Indra Nara Wangsa memiliki makna “pemimpin yang mulia, gagah berani dalam menegakkan hukum dan keadilan,” sebuah penghargaan yang mencerminkan kiprah panjang Yusril dalam bidang hukum dan pengabdiannya kepada bangsa.
Saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, ia menyampaikan rasa terima kasih dan haru atas penganugerahan tersebut.
“Gelar ini bukan sekadar kehormatan pribadi, melainkan juga amanah agar saya terus menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan keluhuran adat Melayu dalam setiap langkah pengabdian,” ujar Yusril.
Pemberian gelar adat kepada Yusril juga menjadi simbol penghargaan atas peran pemerintah dalam menegakkan hukum yang berkeadilan serta memperkuat nilai-nilai budaya sebagai landasan moral bangsa.
Upacara adat pemberian gelar tersebut dihadiri para tokoh masyarakat, pemangku adat, serta jajaran pemerintah daerah yang turut memberikan penghormatan atas kontribusi dan keteladanan Menko.
Acara pun ditutup dengan pembacaan doa adat dan prosesi tepuk tepung tawar sebagai bentuk restu dan penghormatan bagi Datuk Seri Indra Nara Wangsa.
Adapun prosesi tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Yusril ke Pulau Lingga, yang pernah menjadi pusat penting bagi Kerajaan Riau-Lingga dan sering dijuluki sebagai “Negeri Bunda Tanah Melayu” karena warisan budaya Melayu yang kuat.
Di pulau itu, Menko mengunjungi Masjid Sultan dan Makam Sultan Mahmud Riayat Syah, pejuang dan pemimpin Kesultanan Riau-Lingga yang dikenal menjunjung tinggi keadilan serta keberanian melawan penjajahan.
Ia juga berziarah ke Makam Bukit Cengkeh dan mengunjungi Museum Bukit Linggam Cahaya untuk menyaksikan permainan tradisional gasing sebagai simbol ketekunan dan kearifan lokal.
Kunjungan Menko ke Pulau Lingga menjadi simbol kesinambungan antara pelestarian budaya dan pembinaan karakter bangsa dalam memperkuat sistem hukum nasional yang berakar pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.
Agenda itu merupakan lanjutan dari lawatannya ke Pulau Penyengat dalam rangka menelusuri jejak sejarah dan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar pembentukan hukum dan peradaban bangsa.







