Radarnesia.com – Masyarakat di Desa Dengkol Kecamatan Singosari sudah dua pekan mengalami krisis air. Ini merupakan dampak rusaknya pipa sumur bor dari Himpunan Penduduk Pemakai Air (HIPPAM) Tirta Mandiri.
Terhentinya penyaluran air bersih tentunya sangat dirasakan oleh warga setempat. Beberapa orang warga Desa Dengkol terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Warga setempat bernama Agung menuturkan, sebagian besar masyarakat disana membeli air galon. Bahkan ada yang dalam sehari membeli sampai puluhan galon berisi 19 liter air.
“Terpaksa kami membeli air galon. Karena banyak yang perlu air seperti bagi para pembuat tempe,” ujarnya Selasa 4 Juli 2023.
Produsen tempe bernama Sholeh mengaku saat ada pasokan air galon dirinya harus mengambil lima kali.
“Sekali ambil sebanyak 125 liter,” kata dia.
Dia dan warga lainnya cukup berharap ada dropping air dari berbagai pihak. Seperti Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Kanjuruhan.
“Di sini ada ratusan orang terdampak karena HIPPAM yang rusak itu. Kalau (warga) yang tergolong mampu biasanya beli Rp 80 ribu per seribu liter,” imbuhnya.
Menurut penuturannya, setiap gang di sana memerlukan setidaknya 5.000 liter air per hari. Total, di sana terdapat delapan gang. Sehingga, setiap hari memerlukan sekitar 40 ribu liter air.
Sejauh ini, Perumda Tirta Kanjuruhan sudah melakukan dropping air ke sana. Namun, hanya pada hari-hari tertentu. Itu pun hanya tiga tangki, yang per tangkinya berisi sekitar 4.000 liter. Terakhir, pada Minggu lalu (2/7), Perumda Tirta Kanjuruhan menggelontorkan dua unit tangki yang masing-masing tangkinya berkapasitas 4.000 liter. Sebanyak 50 KK memanfaatkan suplai air tersebut.
Air tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga untuk keperluan produksi tempenya. Sebab, proses produksi tempe memerlukan air yang cukup banyak. Salah satunya untuk mencuci kedelai.