Radarnesia.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa jumlah rumah rusak akibat bencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat per 16 Desember 2025 mencapai 147.217 rumah.
“Ini nantinya akan menjadi dasar untuk penyusunan dan perencanaan pembangunan hunian, baik itu yang akan direlokasi maupun yang masih mungkin untuk dibangun di lokasi saat ini, khususnya yang rumah rusak ringan. Tentu saja ini terus akan kita diskusikan dengan pemerintah daerah, tetapi untuk rumah-rumah yang kategorinya rusak ringan nanti dengan penataan kawasan lingkungan dengan melibatkan aspek mitigasi, baik itu struktur maupun non-struktur ini mungkin masih bisa dibangun di lokasi saat ini,” kata Kepala Pusdatin BNPB, Abdul Muhari dalam konferensi pers di Banda Aceh, Selasa (16/12/2025).
Menurut Abdul, perencanaan dan pendataan ini maih terus berjalan dan diharapkan dalam minggu ini sudah difinalisasi dan identifikasi lokasi dari kawasan hunian, baik itu hunian sementara dan hunian tetap di setiap tempat. “Kita harapkan sudah bisa diusulkan, bahwa presiden menyampaikan untuk lokasi ini agar dipercepat supaya proses pembangunan bisa segera dimulai,” kata Abdul.
Secara rinci, rumah rusak akibat banjir dan longsor di Aceh totalnya sebanyak 106.058 unit. Rusak Ringan (RR) 46.779 unit; Rusak Sedang (RS) 22.951 unit; dan Rusak Berat (RB) 36.328 unit.
Tiga Kab/Kota dengan jumlah rumah rusak paling banyak adalah Aceh Utara 36.964 unit; Aceh Timur 18.914 unit; Aceh Tamiang 10.720 unit
Untuk di wilayah Sumatra Utara, rumah rusak akibat banjir dan longsor total rumah rusak sebanyak 28.708 unit dengan rincian: Rusak Ringan (RR) 19.651 unit; Rusak Sedang (RS) 3.899 unit; Rusak Berat (RB) 5.158 unit. Dari 5.158 unit RB, 1.068 unit diantaranya merupakan rumah hilang/hanyut terbawa banjir.
Tiga Kab/Kota di Sumatra Utara dengan jumlah rumah rusak paling banyak adalah Langkat 11.273 unit; Tapanuli Tengah 6.481 unit; Tapanuli Selatan 4.624 unit.
Sedangkan di Sumatra Barat, total rumah rusak sebanyak 12.451 unit dengan rincian: Rusak Ringan (RR) 6.933 unit; Rusak Sedang (RS) 2.959 unit; Rusak Berat (RB) 2.559 unit.
Tiga Kab/Kota di Sumatra Barat dengan jumlah rumah rusak paling banyak adalah: Kota Padang 5.497 unit; Padang Pariaman 3.490 unit; Agam 1.540 unit.
Abdul Muhari juga menyampaikan bahwa per Selasa (16/12/2025), korban tewas akibat banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bertambah menjadi 1.053 jiwa.
Ia menjelaskan bahwa total korban meninggal dunia bertambah 23 jiwa dari hari sebelumnya. Sebab, di Aceh Tamiang ditemukan 17 korban tewas, di Aceh Utara ada 1 korban tewas, dan 5 korban tewas di Tapanuli Tengah.
“Kini secara akumulasi terdapat 449 korban tewas berasal dari Aceh, 360 jiwa dari Sumatera Utara, dan 244 jiwa dari Sumatera Barat. Sementara itu, 200 orang masih dinyatakan hilang akibat bencana di Sumatera. Korban hilang yang masih dalam proses pencarian hari ini berkurang 6 nama, menjadi 200 orang. Aceh 31, Sumut 79, dan Sumbar 90 jiwa. Pengungsi total 606.040 jiwa,” ujar Muhari.
Modifikasi Cuaca
Menurut Abdul, BNPB masih mengoperasikan dua pesawat dalam kegiatan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), seiring masuknya puncak musim hujan. Kondisi cuaca regional yang beragam dinilai turut memengaruhi terjadinya hujan di sejumlah wilayah, sehingga akan dilakukan evaluasi lanjutan bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
BNPB juga membuka peluang penyesuaian strategi OMC, baik melalui penambahan unit pesawat maupun peningkatan jam operasi hingga 24 jam. Opsi tersebut masih terus dibahas dengan mempertimbangkan dinamika cuaca yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas operasi di lapangan.
Cuaca yang kondusif diperlukan bagi kelancaran pekerjaan tim darat, khususnya dalam perbaikan dan pemulihan infrastruktur jalan, serta distribusi logistik melalui jalur udara.
“Cuaca ini sangat berpengaruh pada efektivitas dan kelancaran dari pekerjaan-pekerjaan tim darat khususnya perbaikan dan pemulihan jalan. Juga untuk distribusi logistik melalui jalur udara khususnya yang untuk daerah Aceh Tengah, Bireun ini unit-unit heli kita sangat membutuhkan cuaca yang kondusif supaya keselamatan penerbangan pun bisa terjamin,” kata Abdul.











