Oleh: Moch Idris
Senin 10 November 2025

RADARNESIA.COM – Kota Jambi menghadapi dilema klasik pemerintahan: memastikan bantuan sosial tersalurkan tepat sasaran tanpa terbebani birokrasi yang rumit. Di tengah tantangan ini, sebuah terobosan fundamental lahir, mengubah cara pemerintah kota melayani warganya. Revolusi digital ini dinamakan Kartu Bahagia, yang digagas oleh Wali Kota Jambi, Dr. dr. H. Maulana, M.K.M.

Sebelum kehadiran Kartu Bahagia, masyarakat berpenghasilan rendah atau rentan miskin sering berhadapan dengan labirin administrasi yang melelahkan. Warga harus mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk layanan kesehatan, mencari bukti pendaftaran sekolah untuk beasiswa, dan menghabiskan waktu di kantor kelurahan demi program subsidi. Proses yang memakan waktu dan biaya ini, bahkan tak jarang, melukai martabat warga yang sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah.

Wali Kota Maulana melihat celah ini sebagai peluang emas untuk mewujudkan visi “Kota Jambi Bahagia” sebuah konsep yang bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi menyentuh inti kesejahteraan warga secara kolektif. Kartu Bahagia menjadi jawaban atas permasalahan tersebut. Ini bukan sekadar kartu ATM; ini adalah single identity atau identitas tunggal yang secara terintegrasi menampung seluruh data kependudukan, status ekonomi, kesehatan, hingga kebutuhan spesifik individu dalam satu sistem terpusat.

Terobosan paling krusial terletak pada integrasi data berbasis teknologi mutakhir. Kartu Bahagia bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, mulai dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, hingga BPJS Ketenagakerjaan. Dengan satu kartu ini, palang pintu birokrasi yang tebal berhasil dirobohkan, digantikan oleh layanan yang menjamin kecepatan, ketepatan sasaran, dan tanpa hambatan. Maulana selalu menegaskan bahwa Kartu Bahagia menjadi simbol komitmen pemerintah untuk hadir di tengah-tengah warganya yang membutuhkan, memastikan tidak ada satu pun warga Kota Jambi yang terhambat dalam mengakses hak-hak dasar mereka.

Implementasi Kartu Bahagia membawa dampak nyata yang meluas, menjangkau multi-sektor pelayanan. Kartu ini beroperasi sebagai kunci multifungsi yang membuka akses ke berbagai layanan vital.

​Kartu Bahagia menjamin layanan kesehatan bagi warga kurang mampu. Wali Kota Maulana secara langsung mengaktifkan BPJS Kesehatan melalui program ini bagi balita penderita Hidrosefalus. Kehadiran program ini menunjukkan sistem Kartu Bahagia bukan sekadar pasif, melainkan dapat diaktifkan secara cepat oleh keluarga tidak mampu untuk menjamin perawatan jangka panjang.

Selain kesehatan, salah satu manfaat signifikan adalah kolaborasi erat dengan BPJS Ketenagakerjaan. Pemerintah Kota Jambi, melalui Kartu Bahagia, menjamin ribuan pekerja rentan di kota ini, termasuk Ketua RT, guru mengaji, hingga petugas kebersihan. Jaminan ini mencakup santunan kematian dan kecelakaan kerja, memberikan rasa aman dan bermartabat bagi para pahlawan publik di lapisan terdepan pelayanan. Penyerahan santunan kematian dan beasiswa yang nilainya mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah menjadi bukti konkret implementasi jaminan sosial ini.

Di sektor pendidikan dan sosial, Kartu Bahagia mempermudah penyaluran bantuan biaya pendidikan (beasiswa) bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, serta penyaluran bantuan sosial lain seperti subsidi gas elpiji bersubsidi. Penggunaan single identity memastikan dana beasiswa atau subsidi lainnya mencapai penerima yang benar karena data telah tervalidasi dan terpusat. Bagi Pemerintah Kota sendiri, Kartu Bahagia menjadi alat pemetaan dan monitoring yang efektif. Sistem integrasi data memungkinkan pemerintah mengetahui secara real-time kebutuhan warga, jenis bantuan yang diperlukan, dan status penyaluran bantuan. Hal ini secara signifikan mengurangi potensi penyimpangan dan mempercepat proses pengambilan keputusan.

​Perkembangan Kartu Bahagia tidak berhenti pada penerbitan; cakupannya terus diperluas dan diselaraskan dengan program unggulan kota lainnya, seperti Kampung Bahagia (program pemberdayaan masyarakat berbasis RT) dan Lansia Bahagia (komitmen kesehatan dan ruang sosial bagi warga senior).

Dalam praktiknya, Kartu Bahagia membuktikan diri sebagai instrumen yang tanggap darurat. Kasus penyerahan bantuan tunai kepada korban bencana kebakaran, hingga jaminan kesehatan mendesak untuk kasus-kasus medis berat, menunjukkan bahwa sistem ini dirancang untuk mewujudkan kehadiran pemerintah yang adaptif di saat warganya dilanda musibah. Kartu ini telah bertransformasi menjadi sistem layanan inklusif yang menjangkau kelompok rentan di berbagai sektor. Keberhasilannya terletak pada kemampuan integrasinya, menghilangkan kebutuhan warga untuk berpindah-pindah kantor dalam mengurus kebutuhan yang berbeda.

Bagi Wali Kota Maulana, Kartu Bahagia menjadi salah satu pilar utama untuk mewujudkan visi yang lebih besar: Kota Jambi Bahagia. Konsep “Bahagia” yang diusung bukan kebahagiaan sesaat, melainkan sebuah kondisi sejahtera dunia-akhirat. Filosofi ini termuat dalam akronim visinya, di mana BAHAGIA sendiri merangkum nilai-nilai Bersih, Aman, HArmonis, Inovatif, dan Agamis.

Cita-cita Wali Kota Maulana melalui Kartu Bahagia adalah menciptakan sebuah ekosistem sosial yang menjamin akses merata terhadap kesejahteraan, sejalan dengan misi penguatan kualitas Sumber Daya Manusia dan peningkatan kapasitas ekonomi perkotaan. Ia bertekad menghilangkan tingkat ketimpangan ekonomi (Gini Ratio) dan tingkat kemiskinan yang masih menjadi tantangan utama Kota Jambi.

Kartu Bahagia adalah perwujudan nyata dari pilar Inovatif (digitalisasi pelayanan) dan pencapaian tujuan Harmonis serta Aman (melalui jaminan sosial bagi pekerja rentan dan lansia). Maulana berharap, dengan satu kartu, setiap warga Kota Jambi merasakan kenyamanan yang nyata dalam mengakses hak-hak mereka. Ini merupakan langkah maju menuju pemerintahan yang baik (Good Governance) yang profesional, akuntabel, dan transparan. Kartu ini adalah perwujudan janji bahwa pemerintah akan selalu hadir dan memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan.

Ke depan, Maulana bercita-cita Kartu Bahagia menjadi standar pelayanan publik di mana seluruh interaksi warga miskin dengan birokrasi dapat terdigitalisasi sepenuhnya. Ia ingin energi dan waktu warga terfokus pada hal yang lebih produktif, bukan dihabiskan untuk mengurus tumpukan dokumen administratif. (Red)