RADARNESIA.COM – TNI AL dan TNI Angkatan Laut Rusia baru saja menyelesaikan latihan bersama Orruda 2024 pada Jumat 8 November.
Menurut Antara News pada 9 November 2024, dalam artikel berjudul “Angkatan Laut Indonesia dan Rusia Selesaikan Latihan Gabungan Orruda.”
Latihan gabungan tahap terakhir diselesaikan pada 8 November 2024 kemudian dilanjutkan dengan penutupan.
“Upacara penutupan latihan gabungan berlangsung di laut, dan kapal-kapal AL Rusia yang menjadi peserta langsung berlayar ke pangkalannya,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Komando Armada II, Kolonel Laut Widyo Sasongko di Jakarta, Jumat.
Dalam latihan tersebut, TNI AL mengerahkan kapal fregat KRI I Ngurah Rai (332), Kapal Korvet KRI Frans Kaisepo (368) kemudian Helikopter Antikapal Selam AS56 Mbe Panther.
Sedangkan Rusia mengerahkan Korvet RFS Gromky (335) dan RFS Aldar Tsydenzhapov (339) , fregat RFS Rezkiy (343), dan kapal tanker medium RFS Pechenga.
Latihan pada hari pertama fase laut meliputi latihan keamanan maritim komprehensif, termasuk manuver taktis, pengibaran bendera, pertukaran awak antar kapal, dan komunikasi kilat.
Menurut laporan latihan bersama ini menjadi tonggak bersejarah bagi Rusia dan Indonesia.
Sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 79 tahun lalu, baru kali ini Indonesia menggelar latihan gabungan terbesarnya dengan Rusia.
Selain itu, menurut China.com.cn, pada 9 November 2024, dalam artikel berjudul “Apa pentingnya Rusia dan Indonesia menggelar latihan militer?”
Latihan Militer tersebzt memiliki peran ganda bagi Rusia dan Indonesia, hal ini diungkapkan penulisnya Yang Danzhi, Ph.D., Institut Strategi Asia-Pasifik dan Global, Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, Peneliti Senior, Institut Keamanan Nasional, Universitas Renmin Tiongkok.
Latihan militer ini tidak hanya menunjukkan semakin dalamnya rasa saling percaya antara kedua belah pihak di bidang keamanan, namun juga menunjukkan kecocokan strategis antara kedua negara.
Rusia telah lama menerapkan kebijakan luar negeri elang berkepala dua yang dihadapi Eropa dan Asia.
Setelah krisis Ukraina pecah, Rusia menghadapi pembatasan dan sanksi berat yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Amerika Serikat dan Barat.
Hal ini memaksa Rusia untuk melakukan penyesuaian strategis di Asia sampai batas tertentu dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan India.
Namun kedekatan dengan Indonesia dianggap penting bagi Rusia untuk mematahkan blokade AS dan Barat serta meningkatkan pengaruhnya di Asia-Pasifik.
Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia juga merupakan salah satu negara pendiri ASEAN dan pernah dianggap oleh dunia luar sebagai pemimpin ASEAN yang sebenarnya.
Hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia memiliki dasar yang kuat.
Sejak era Perang Dingin, Uni Soviet sudah menjalin hubungan dekat dengan Indonesia.
Pasca Perang Dingin, Indonesia juga telah lama menjadi pembeli penting senjata Rusia.
Kemudian, yang lebih penting lagi, sebagai kekuatan menengah dan kekuatan regional, politik luar negeri Indonesia dapat berangkat dari kepentingannya sendiri, berpegang pada prinsip independensi, dan tidak menyerah pada tekanan eksternal.
Pasca pecahnya krisis Ukraina, Indonesia terus menjaga pertukaran dan interaksi normal dengan Rusia.
Hal ini menciptakan kondisi bagi Rusia untuk lebih memperdalam kerja sama bilateral dengan Indonesia.
Bahkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergey Torchenov baru-baru ini mengatakan, Indonesia telah menjadi salah satu mitra utama Rusia di Asia Tenggara dan panggung dunia.
Kerja sama jangka panjang kedua negara telah menjadi model persaudaraan sejati dan saling mendukung.