RADARNESIA.COM–Kontestasi Pilkada Sleman 2024 memanas dengan munculnya kontroversi terkait baliho pasangan calon (paslon) Harda-Danang. Baliho yang dianggap merendahkan perempuan ini ramai diperbincangkan di media sosial, memicu perdebatan tidak hanya di kalangan masyarakat, tetapi juga dalam koalisi partai pengusung paslon tersebut.
Baliho berukuran sekitar 2 x 3 meter itu dipasang di berbagai titik strategis, menampilkan foto pasangan calon dengan latar belakang putih dan logo paslon berwarna merah. Pesan yang terpampang di baliho berbunyi, “milih imam (pemimpin) kok wedok, jangan ya dik ya! imam (pemimpin) kudu lanang,” menimbulkan reaksi keras dari netizen yang menilai pesan tersebut bersifat diskriminatif terhadap perempuan.
Akun Instagram @abdad_m.y yang pertama kali mengunggah foto baliho ini menyertakan caption yang mengkritik keras isinya. “Sebuah kemunduran akal.. Sehemat dan sependek pengetahuan saya, Islam tidak pernah memandang perempuan sebagai makhluk second class,” tulisnya. Dalam postingan tersebut, ia juga mengutip surat Al-Ahzab ayat 35 yang menegaskan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam beramal di hadapan Allah.
Postingan tersebut telah viral, mendapat 1.799 like dan 194 komentar, dengan berbagai reaksi netizen yang mengecam isi baliho. Pemilik akun @prawitaazhari bahkan menuliskan, “Astagfirullah gak layak jadi pemimpin.” Komentar lain dari akun @alfinepontia membandingkan hal ini dengan kesuksesan perempuan dalam jabatan publik di berbagai negara, seperti mantan presiden Taiwan dan kanselir Jerman.
Menanggapi kontroversi ini, muncul spekulasi adanya perpecahan di dalam koalisi pengusung Harda-Danang. PSI, yang merupakan salah satu partai pengusung, secara tegas menyatakan penentangan terhadap baliho tersebut. Melalui pers rilis yang dikeluarkan pada 15 Oktober 2024, Ketua PSI Sleman, Agung Subroto, dan Sekretaris Ari Santoso Nugroho, mengungkapkan bahwa mereka menolak segala bentuk kampanye yang merendahkan perempuan. PSI mengecam penggunaan isu gender untuk kepentingan politik dan menilai hal ini bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan yang mereka perjuangkan.
Situasi ini memunculkan pertanyaan mengenai soliditas koalisi Harda-Danang menjelang Pilkada. Ketegangan yang muncul akibat respons PSI ini menambah panasnya dinamika politik di Sleman. Publik pun menunggu tanggapan resmi dari tim pemenangan Harda-Danang, yang hingga kini belum memberikan pernyataan terkait kontroversi baliho tersebut. Sementara itu, desakan dari publik agar baliho tersebut diturunkan semakin kuat, dan tekanan di internal koalisi pun kian terasa.***