Radarnesia.com – Badan Gizi Nasional (BGN) kini akan lebih ketat dalam memilih menu untuk Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kebijakan terbarunya, BGN akan menggandeng UMKM lokal sebagai pemasok bahan makanan.
Oleh karena itu, penggunaan makanan ultra processed food (UPF) akan mulai dilarang untuk digunakan dalam pengolahan MBG.
UMKM Lokal untuk MBG, Pemenuhan Gizi dan Penggerak Ekonomi
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang menegaskan penerapan larangan penggunaan makanan kemasan pabrik akan membuka peluang besar bagi UMKM lokal untuk berkembang.
“Begitu larangan ini dilaksanakan, ratusan ribu UMKM pangan akan hidup. Ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memberi gizi bagi anak bangsa, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat,” ujar Nanik.
Keputusan tersebut juga sebagai respons atas masukan dari DPR, pengamat, dan masyarakat luas mengenai penggunaan makanan kemasan.
“Olahan daging (sosis, nugget, burger, dan lain-lain) mengutamakan produk lokal atau dari UMKM yang memiliki sertifikasi halal, SNI, terdaftar BPOM, serta masa edar maksimal satu minggu dari tanggal edar,” ujar Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan.
“Dengan kebijakan ini, kita bukan hanya bicara soal menu bergizi, tapi juga soal keberpihakan pada UMKM. MBG harus menjadi program yang menyehatkan sekaligus menyejahterakan,” imbuhya.
Tak Ada Toleransi Jika Tetap Gunakan Produk Kemasan Pabrik
Dalam kesempatan lain, Nanik sempat menegaskan bahwa dirinya pun menyoroti tentang menu MBG yang menggunakan produk dari pabrik meski baru menjabat sebagai Wakil Kepala BGN selama seminggu.
“Dapur MBG adalah untuk membangkitkan ekonomi lokal, bukan untuk memperkaya pemilik pabrik roti,” kata Nanik.
“Saya tidak akan mentolerir pemakaian produk-produk pabrikan, kami akan menggunakan lokal. Roti-roti yang dibuat oleh ibu-ibu murid yang kami berikan makan. Jadi, roti itu dibuat oleh ibunya dan dimakan anaknya,” terangnya.
Kecuali untuk susu, di mana tidak ada peternakan sapi, maka diizinkan untuk menggunakan produk kemasan.
Respons BGN soal Kritikan Menu Spagetti dan Burger
Mengenai kritikan menu spaghetti dan burger, Nanik memastikan bahwa menu tersebut hanya disajikan sesekali karena untuk memenuhi permintaan siswa.
“Jadi, anak-anak SPPG punya kreativitas biar tidak bosan, pokoknya satu minggu anak-anak boleh request yang belum pernah mereka makan, akan dimasakkan,” kata Nanik pada acara yang sama.
“Misalnya anak-anak yang di daerah-daerah terpencil kan susah dapat burger, nah mungkin dia nontonnya di TV atau nonton di YouTube ya, terus kemudian kan pengin makan apa, satu minggu itu boleh request satu kali. Jadi, anak-anak boleh request satu kali, supaya nggak bosen dengan makanan ini, itu tidak day to day kita berikan dengan seperti itu,” jelasnya.
Kritik tentang menu MBG tersebut dilontarkan oleh ahli gizi Tan Shot Yen dalam rapat bersama Komisi IX DPR pada 22 September 2025 lalu.
“Yang dibagi adalah adalah burger di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia,” kata Tan di depan anggota dewan.
“Dibagi spaghetti, dibagi bakmi Gacoan, oh my God dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu,” tambahnya.