Radarnesia.com – Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Agus Jamaludin mengatakan ada 17.077 penyandang disabilitas yang terdampak bencana banjir di Provinsi Aceh.

“Terkait dengan kelompok rentan di Aceh, ada (penyandang) disabilitas 17.077 orang (yang terdampak),” kata Agus dalam temu media di Jakarta.

Selain penyandang disabilitas, kelompok rentan lain yang terdampak banjir di Aceh yakni:

– Bayi 104.623 orang
– Balita 101.008 orang
– Ibu hamil 394.250 orang
– Ibu menyusui 2.380 orang
– Lanjut usia (lansia) 459.428 orang.
– Pasien yang perlu hemodialisa 545 orang.

“Nah ini datanya untuk satu Provinsi Aceh yaitu di 18 Kabupaten/Kota,” ujar Agus.

Sementara, total fasilitas kesehatan (faskes) yang terdampak banjir di Aceh-Sumatera ada 31 rumah sakit dan 156 puskesmas.

“Dengan rincian Aceh 13 rumah sakit dan puskesmasnya 122. Lalu Sumatera Utara 18 rumah sakit dan 22 puskesmas. Dan Sumatera Barat 9 puskesmas,” kata Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus dalam dalam kesempatan yang sama.

Wamenkes yang akrab disapa Benny turun langsung ke lapangan untuk melihat situasi di Aceh. Lokasi pertama yang didatangi adalah Kabupaten Bener Meriah.

“Mereka terkena banjir bandang dan bayangkan ada 125 jembatan yang rusak di kabupaten itu. Maka terputuslah hubungan antar-desa, antar-kecamatan semuanya, hampir semuanya rusak. Bersyukur di situ ada airport-nya (bandara), jadi bisa pesawat besar.

Rumah Sakit Besar Tak Dapat Beroperasi

Saat tiba, Benny melihat hanya dalam jarak 1 km dari bandara, akses sudah sulit dilalui sehingga barang bantuan harus dipikul. Sementara, seluruh lampu mati, bahan bakar minyak (BBM) pun tidak ada.

Jumlah Pengungsi

Benny juga membahas soal total pengungsi yang terdampak banjir Aceh-Sumatera yakni 847.925 jiwa. Dengan jumlah pengungsi terbanyak di Aceh, yakni 788.586 pengungsi.

“Kenapa dia banyak? Tadi itu, putus, sarana jalannya putus. Jadi di situlah kenapa pengungsi banyak. Bayangkan, saya datang, itu kantor bupati, kantor camat, kantor kepala desa isinya seluruh penduduk sana.”

“Di situlah mereka bahu-membahu, ambil makanan, ambil beras semua yang ada di kantor bupati, didistribusikan ke desa-desa. Itu yang terjadi di daerah yang parah-parahnya itu rata-rata karena habis kena banjir bandang, langsung rusak, parah, hubungan segala terputus,” kenang Benny.

“Saya datang ke rumah sakitnya, cukup besar, punya 22 spesialis. Tapi, di situ tidak bisa dilakukan pelayanan, karena dari 22 dokter ahli, yang masuk cuma 1. Dokter umumnya dari sekian banyak tapi mereka terdampak.”

“Nggak bisa datang ke rumah sakit karena nggak ada BBM, nggak ada air, nggak ada listrik. Jadi kondisinya sangat mengenaskan, itulah kendala yang dihadapi di lapangan,” ujar Benny.

Kondisi Rumah Sakit di Langkat

Sementara, kondisi di Langkat, Sumatera Utara juga tidak baik-baik saja.

“Langkat itu terendam dan airnya nggak turun. Bayangkan tuh sudah hari kesembilan, rumah sakit terendam sembilan hari. Di lantai satu, ya semua alatnya (terendam), rumah sakit tutup.”

Beruntung ada rumah sakit swasta yang masih bisa melayani pasien dan tidak terdampak bencana.

“Bersyukur ada rumah sakit swasta yang posisinya tidak terkena bencana. Jadi saling bantu, jadi pasien yang dari Rumah Sakit Tanjung Pura, dilarikan ke Rumah Sakit Putri Bidadari di Langkat. Bersyukur dia rumah sakit tipe B punya tempat tidur 300 lebih,” jelasnya.