Radarnesia.com – Setiap orang pasti pernah merasa sedih. Tapi bagaimana jika kesedihan itu tidak kunjung pergi, memengaruhi tidur, nafsu makan, energi, hingga kemampuan berkonsentrasi? Itulah depresi, kondisi kesehatan mental serius yang bisa dialami siapa saja, kapan saja, dan tidak boleh dianggap remeh.
Depresi berbeda dari rasa sedih biasa. Gejala depresi bisa bertahan lebih dari dua minggu dan muncul dalam bentuk internal maupun eksternal. Gejala internal termasuk perasaan sedih yang menetap, hilangnya energi, kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai, gangguan tidur dan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, hingga perasaan tidak berguna atau bersalah. Bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri bisa muncul.
Sementara Gejala Eksternal bisa terlihat dari perilaku sehari-hari, seperti mudah marah, agresif, melakukan hal berisiko, sering mengeluh sakit fisik tanpa penyebab jelas, hingga ngompol saat tidur pada remaja. Jika seseorang mengalami minimal lima gejala ini selama dua minggu atau lebih, kemungkinan besar ia sedang mengalami depresi.
Menurut Kementerian Kesehatan, dari sekitar 3 juta penderita depresi usia di atas 15 tahun, hanya 0,4 persen yang mendapatkan layanan kesehatan mental. Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, menyatakan, angka ini menunjukkan masih tingginya kesenjangan akses layanan. “Penanganan dini sangat penting agar penderita mendapatkan pertolongan tepat waktu dan stigma perlahan bisa dikurangi,” ungkapnya dalam webinar Kesehatan Jiwa, di Jakarta.
Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan
Bagi mereka yang merasakan gejala depresi, Kemenkes menekankan pentingnya berbicara dengan orang terpercaya dan mencari bantuan profesional. Aktivitas sehari-hari, menjaga pola tidur dan makan, berolahraga ringan, serta melakukan hal-hal yang disukai tetap dianjurkan meski mood sedang turun. Kegiatan religius atau ibadah juga dapat menenangkan pikiran, sementara konsumsi alkohol, narkoba, dan penggunaan media sosial berlebihan sebaiknya dihindari.
Tidak kalah penting, dukungan dari keluarga dan teman berperan besar. Mendengarkan tanpa menghakimi, tidak membandingkan dengan pengalaman pribadi, dan mendorong mereka untuk mencari pertolongan profesional menjadi langkah sederhana yang sangat berarti.
Masyarakat dapat mengakses layanan melalui hotline Kemenkes 119 ekstensi 8, aplikasi Sehat Jiwa, atau layanan telemedisin lainnya. Penanganan dini tidak hanya membantu penderita mengelola depresinya, tetapi juga membuka jalan bagi pemahaman dan empati lebih luas terhadap kesehatan mental. Dengan begitu, stigma perlahan berkurang dan setiap orang dapat memperoleh pertolongan yang mereka butuhkan.
Depresi bukan kelemahan, melainkan kondisi medis yang nyata. Dengan memahami gejala, memberikan dukungan, dan mencari pertolongan profesional, setiap individu berhak mendapatkan harapan dan pemulihan.





