RADARNESIA.COM– Selama seminggu terakhir, aksi perusakan baliho dan rontek pasangan calon bupati dan wakil bupati Kustini Sri Purnomo dan Sukamto (Kusuka) semakin meluas.

Serangan ini terjadi secara sporadis di berbagai titik strategis di Sleman, dilakukan pada malam hari dan menyasar lokasi-lokasi penting seperti Kronggahan, Sidomoyo, Selomartani, Sidoluhur, Jl. Magelang, Donoharjo, Donokerto, hingga di depan PDM Muhammadiyah. Baliho yang menjadi simbol harapan bagi masyarakat Sleman dihancurkan oleh kelompok tak dikenal yang bergerak dengan cepat dan terkoordinasi.

Baliho Kusuka Sleman
Baliho Kusuka Sleman

Syahroni, seorang warga yang menjadi saksi mata, menyebutkan bahwa para pelaku bergerombol dan membawa senjata tajam, mirip dengan aksi kelompok klitih yang kerap membuat warga resah. “Pelakunya mirip dengan klitih, seperti jaringan klitih. Mereka bergerombol dan membawa senjata tajam,” ungkap Syahroni. Tindak kekerasan dan vandalisme ini memicu pertanyaan besar di benak warga: ”apa sebenarnya motif di balik aksi perusakan ini ? ”

Banyak yang mulai berspekulasi, apakah ini hanya sekadar aksi vandalisme acak, atau apakah ada pihak lain yang memiliki kepentingan lebih dalam. Tindakan perusakan yang terkoordinasi dan berlangsung di berbagai titik penting dalam wilayah Sleman ini, tentu saja menimbulkan kecurigaan.

Mengapa baliho Kusuka yang menjadi target utama? Apakah ini merupakan upaya untuk merusak citra pasangan Kustini-Sukamto yang semakin populer di tengah masyarakat?

Ada dugaan bahwa aksi ini bukan sekadar perusakan tanpa alasan. Sejumlah warga mulai mengaitkannya dengan persaingan politik yang semakin memanas. Mereka bertanya-tanya apakah tindakan ini dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa terancam oleh kekuatan dukungan terhadap Kusuka.

Apakah pendukung paslon lain merasa perlu mengambil langkah-langkah ekstrem untuk menghentikan laju popularitas Kusuka yang terus meningkat.

Inoki Azmi Purnomo, Ketua Tim Pemenangan Kusuka, menegaskan bahwa meskipun aksi perusakan ini terus terjadi, timnya tidak akan terprovokasi. “Perusakan ini sudah berlangsung selama seminggu, selalu di tengah malam, dan ini jelas aksi yang disengaja untuk mengganggu kampanye kami. Kami tidak akan terjebak dalam tindakan negatif seperti ini. Kami tetap fokus pada program kerja untuk masyarakat Sleman,” ujar Inoki dengan tegas.

Inoki juga menambahkan, “Biar Allah yang membalas. Kami percaya bahwa masyarakat bisa menilai siapa yang menggunakan cara-cara kotor, dan siapa yang berjuang dengan jujur dan terbuka. Kami akan terus maju dan bekerja untuk kesejahteraan warga.”

Tim Kusuka tetap berkomitmen menjalankan kampanye damai dan tidak akan membiarkan aksi perusakan ini menghalangi langkah mereka. Dalam menghadapi intimidasi, mereka percaya bahwa warga Sleman lebih bijaksana dalam menilai siapa yang layak memimpin.

Motif di balik perusakan ini masih menjadi tanda tanya besar. Namun, di mata warga Sleman, insiden ini justru memperkuat tekad mereka untuk mendukung pasangan Kusuka. Banyak yang merasa bahwa tindakan seperti ini justru menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Kusuka, hingga pihak-pihak tertentu merasa perlu menempuh cara-cara yang tidak terhormat untuk menghalangi langkah mereka.

Pada akhirnya, masyarakat Sleman dihadapkan pada pilihan: mendukung kandidat yang bertahan dengan cara-cara damai dan positif, atau memilih mereka yang didukung oleh pihak-pihak yang merusak demokrasi dengan tindakan intimidasi dan vandalisme. Baliho mungkin bisa dihancurkan, tapi semangat perjuangan rakyat Sleman untuk perubahan yang lebih baik akan terus hidup.***