Nasional

Berbagi Praktik Baik Rekayasa Air Dalam Ajang World Water Forum Bali

×

Berbagi Praktik Baik Rekayasa Air Dalam Ajang World Water Forum Bali

Sebarkan artikel ini
Screenshot 2024 05 25 00 30 10 39

RADARNESIA.COM – System (OWTS) yang disesuaikan dengan kapasitas penghuni. Konsep rekayasa air itu memungkinkan masyarakat Kota Hyderabad lebih mudah mendapatkan pasokan air bersih sesuai kebutuhan mereka.

Sementara di Belgia, upaya penggunaan kembali air hasil daur ulang telah diimplementasikan di sejumlah kota kecil dengan menyesuaikan kondisi alam setempat. Inge Genne dari VITO, organisasi air di Belgia menyampaikan keberhasilan di Taman Bisnis Tielt Noord yang merekayasa sirkulasi air dengan sistem terpadu pendaurulangan untuk pertanian.

Penerapan sistem ini didukung oleh para petani lokal karena tidak mempengaruhi hasil panen untuk ekspor.

Dalam forum yang sama, Indonesia sebagai tuan rumah juga turut memperkenalkan subak, sistem irigasi yang diwariskan turun-temurun sebagai kearifan masyarakat lokal Bali dalam mengatur pergiliran dan pembagian air dan peraturan pola tanam. Tidak ditetapkan secara individual oleh tetua, pengaturan pembagian air dalam Subak merupakan hasil musyawarah masyarakat.

Musyawarah ini didasarkan pada falsafah Tri Hita Karana dalam agama Hindu yang meliputi keharmonisan hubungan manusia dengan Pencipta (Parahyangan), hubungan manusia dengan alam sekitar (Palemahan) dan hubungan manusia dengan manusia (Pawongan). Pengaturan perlu dilakukan agar semua masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan air bersih sesuai dengan cara dan tempat yang telah disepakati bersama.

Ada dua cara dalam pengaturan subak, seperti wilayah subak yang dibagi menjadi dua kelompok sesuai musim dan cara dibagi melalui pola tanam pertanian. Subak diperkenalkan dalam diskusi WWF ke-10 di Bali oleh Pengelola Pura Ulun Danau Batur dan juga pengajar di Universitas Udayana, I Ketut Eriadi Ariana.

Praktik baik

Berbagai praktik baik yang disampaikan dalam momentum World Water Forum itu diharapkan bisa memitigasi bencana hidrologi. Memang benar bahwa air merupakan sumber kehidupan, namun terlalu banyak (too much) atau terlalu sedikit (too little water) akan menimbulkan masalah.

Semua tahu bahwa sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, namun bencana terkait air seperti banjir dan kekeringan dewasa ini masih menjadi ancaman dan kerap terjadi di lokasi yang sama. Akibatnya, banyak jiwa terancam dan aktivitas ekonomi lumpuh. Untuk itu, upaya rekayasa siklus air menjadi hal penting dalam mitigasi dan penanggulangan bencana hidrologi.

Hal tersebut memang kemudian sempat menjadi pembahasan menarik dalam World Water Forum ke-10 pada sesi rekayasa pemakaian air bertema Implementing Circular Water and Resources Management for Food Security and Resilient Cities di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (22/5/2024).

Sejumlah pembicara menyampaikan langkah nyata penerapan rekayasa sirkulasi air bagi masyarakat. Pada akhirnya forum ini pun patut diapresiasi karena mengajak masyarakat di seluruh penjuru dunia untuk menjeda sebentar fokus perhatiannya dan berpaling pada hal yang paling penting bagi kehidupan namun kerap terlupakan, apalagi kalau bukan air.

Kini saatnya menjaga keberlanjutan air untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.

Clickadu