RADARNESIA.COM – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Dharmasraya terus memutar otak cari solusi penumpukan sampah menjadi bernilai produktif.

Kali ini, OPD yang mengurus lingkungan yang dikomando Budi Waluyo itu melakukan rintisan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dijadikan pupuk kompos.

Upaya itu mulai menampakkan hasil, produksi pupuk kompos hasil olahan sampah organik itu setidaknya kini menghasilkan sedikitnya 1 ton pupuk kompos sekali panen.

Sementara periode panen kompos tergantung jenis bahan baku sampah yang digunakan, jika bahannya kulit jengkol, prosesnya agak lama, namun jika dari jenis sayuran dan daunan maka prosesnya lebih cepat.

“Kita main pukul rata saja, satu kali proses pengomposan makan waktu dua bulan,” kata Budi Waluyo di Pulau Punjung, Selasa (19/03/2024).

Dikatakan Budi Waluyo, rintisan usaha kompos ini mempekerjakan empat orang pekerja. Satu hari melakukan pemilahan dan dan berikutnya melaksanakan pencacahan.

“Jika pencacahan mencapai satu ton, maka diteruskan dengan pengomposan. Namun jika belum memenuhi kuota, maka ditunggu sampai cukup,” imbuh Kadis yang cukup inovatif ini.

Upaya ini menurut Budi, selain solusi dari penumpukkan sampah di TPA, juga sebagai solusi menolong para petani sawit mengatasi mahalnya harga pupuk.Sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampau.

“Produksi pupuk kompos DLH Dharmasraya ini diakui petani cukup membantu,”ucap Budi Waluyo.

Pemkab Dharmasraya, produksi kompos ini membawa berkah. Pendapatan pupuk kompos masuk ke kas daerah.Bupati Sutan Riska menargetkan PAD dari penjualan pupuk kompos sebesar Rp 10 juta,

Sementara itu salah seorang petani musiman Sukri mengatakan, berkat pupuk kompos DLH, tanaman cabai setengah hektar miliknya yang sebelumnya sempat kekeringan kembali hijau dan berproduksi.

Melihat bagusnya hasil pupuk kompos ini, beliau kemudian juga memberikan ke tanaman sawit miliknya.

“Lumayanlah. Biasanya kita tergantung pupuk buatan, sekarang sudah bisa disuplementasi dengan pupuk kompos,” ujar Sukri.(Andika)