Radarnesia.com – Pemerintah diimbau mengantisipasi kemungkinan munculnya kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular di wilayah bencana di Sumatra. Hal itu dinilai harus menjadi perhatian serius.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pola penyakit menular di kawasan Asia Tenggara. Pola tersebut merujuk Journal of Microbiology edisi Oktober 2025 berjudul Flood-associated disease outbreaks and transmission in Southeast Asia.
Pertama, ada sejumlah penyakit yang secara ilmiah terbukti kerap memicu KLB pascabanjir. “Mikroorganisme penyebab KLB utamanya adalah Leptospira, Salmonella Typhi, Vibrio cholerae, Hepatitis A, dan parasit,” kata Tjandra.
Ia menekankan pentingnya pelaporan jenis mikroorganisme yang beredar saat ini di daerah terdampak. Sehingga, penanganan dapat dilakukan secara tepat.
Kedua, air banjir berpotensi membawa tiga jenis kontaminan utama, yaitu feses manusia, limbah berbagai sumber, serta patogen berbahaya dari hewan. Ketiganya dapat berkontak langsung dengan warga di lokasi bencana dan menjadi sumber penularan penyakit.
Ketiga, genangan yang tersisa setelah banjir berisiko meningkatkan kasus penyakit tular vektor, khususnya demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.
Oleh karena itu, pengendalian populasi nyamuk harus menjadi agenda prioritas dalam fase pemulihan.
Keempat, situasi pascabencana dapat diperburuk oleh lima faktor tambahan. Yakni, tidak berjalannya sistem jaminan air bersih, kesehatan lingkungan, dan sanitasi (WASH).
Selanjutnya, terjadinya resistensi antimikroba, berbagai gangguan fisik dan mental para pengungsi, dan penuhnya kerumunan di tempat pengungsian.
“Serta kelima adalah terganggunya pelayanan kesehatan karena kerusakan fasilitas serta keterbatasan tenaga,” ungkap Tjandra.
Artikel ilmiah yang dirujuk juga mencatat enam kejadian peningkatan kasus penyakit menular di Asia Tenggara sepanjang 2024–2025 akibat banjir atau hujan ekstrem. Tiga penyakit di antaranya terjadi di Indonesia, yaitu leptospirosis, dengue, diare, dan bahkan kolera.
Tjandra berharap pemerintah memberi perhatian besar agar KLB penyakit menular tidak terjadi pada bencana besar yang sedang berlangsung. “Untuk dapat mencegah dan menanggulanginya maka kini pemerintah perlu memberi perhatian besar pada kegiatan pengendaliannya,” ujar Tjandra.







