Radarnesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) bekerja sama dengan BAPETEN, BMKG, BPBD, Satuan KBR (Kimia, Biologi, dan Radioaktif), dan Kemenkes, melaksanakan latihan uji coba kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan nuklir nasional di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) Achmad Baiquni, Yogyakarta.
Direktur Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran BRIN Mohammad Subekti mengatakan, terdapat beberapa kemungkinan penyebab kedaruratan yang dapat memicu bahaya nuklir. “Ada risiko bahaya nonalam seperti kebakaran dan risiko bahaya alam berupa gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain, yang berpotensi sebagai pemicu insiden kedaruratan nuklir,” kata Subekti dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Menurutnya meskipun di Yogyakarta terdapat Reaktor Nuklir Kartini yang berdaya 100 kWt, tetapi masuk dalam kategori bahaya radiologik III. “Oleh sebab itu, kita perlu untuk menyiapkan latihan tanggap darurat nuklir,”jelas Subekti.
Dalam latihan uji coba kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan nuklir nasional di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) Achmad Baiquni, Yogyakarta, Selasa (26/9) tersebut, Ia menjelaskan infrastruktur tanggap darurat nuklir di mulai dari Organisasi Tanggap Darurat Nuklir (OTDN), kemampuan koordinasi antar unit, fasilitas, dan peralatan yang memadai, prosedur penanggulangan, dan perlunya pelatihan kedaruratan nuklir secara berkala.
“Pelaksana di lapangan penting untuk mengarahkan, koordinasi, melindungi, dan merekomendasikan, jika terjadi kedaruratan nuklir,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir BAPETEN Zulkarnain, kecelakaan radiologi dapat terjadi kapanpun. “Penanggulangan kedaruratan nuklir perlu dilakukan secepatnya. Pelatihan kesiapsiagaan, dan penanggulangannya perlu dilakukan secara teratur,”tuturnya.
Dirinya menegaskan latihan ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan personil dalam penanganan kedaruratan nuklir, penyiapan sarana prasarana, SOP, mengasah kemampuan berkomunikasi, dan evaluasi. “Dengan demikian, maka evakuasi dan keselamatan masyarakat dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin,” tegas Zulkarnain.
Dalam latihan kali ini disimulasikan sedang ada proses pemindahan bahan bakar terirradiasi dari fasilitas bulkshielding ke fasilitas eksperimen gamma scanning. Fasilitas ini terletak di lantai dasar Hall Reaktor Nuklir Kartini.
“Tahap pra klinik ini melibatkan empat petugas teknisi perawatan, satu Petugas Proteksi Radiasi (PPR), dan satu supervisor. Dalam proses pemindahan bahan bakar tersebut terjadi guncangan gempa bumi yang mengakibatkan transfer cask terjatuh, dan mengenai pekerja,” papar Mahrus Salam, Koordinator Keselamatan dan Keteknikan BRIN Yogyakarta.
Simulasi selanjutnya tim Pelaksana Penanggulangan Kedaruratan Radiologi (P2KR) melakukan identifikasi kejadian dan pengaktifan kondisi darurat radiologi. “Berdasarkan hasil kajian awal dan rekomendasi Pengkaji Radiologi dilakukan permintaan bantuan luar untuk penanganan para korban. Kami melibatkan tim medis RSU dr Sardjito sebagai rumah sakit rujukan radiasi di Yogyakarta,” tambahnya.
Secara paralel juga disimulasikan proses penanganan sumber pecahan serpihan bahan bakar, screening petugas penanggulangan. Selanjutnya, perubahan status kedaruratan, hingga fase pemulihan.