Radarnesia.com – Lingkungan bukan sekadar latar pembangunan, melainkan fondasi yang menentukan arah masa depan Indonesia. Ketika krisis iklim semakin terasa dampaknya, kebutuhan akan transisi energi bersih, ekonomi sirkular, dan industri hijau menjadi semakin mendesak. Kumparan Green Initiative Conference 2025 mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi keberlanjutan yang berpihak pada pertumbuhan dan kelestarian bumi.

Konferensi ini menjadi ruang diskusi strategis lintas sektor yang membahas arah pembangunan hijau Indonesia. Mulai dari transisi energi, standarisasi Environmental, Social, dan Governance (ESG), kebangkitan energi dan industri, sumber listrik dan energi terbarukan, green financing, pengelolaan sampah hingga ekonomi sirkular.

Konferensi ini menegaskan komitmen untuk mewujudkan kemandirian energi bersih dan terjangkau sebagai fondasi kebangkitan industrialisasi Indonesia, sejalan dengan langkah mendorong percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan dalam dekade mendatang serta memperkuat ekosistem pembiayaan transisi energi.

Pengembangan Teknologi Waste to Energy

Hari kedua konferensi dibuka dengan keynote speech dari Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq. Hanif mengungkapkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 143 ribu ton sampah setiap hari, namun baru kurang dari 15 persen yang berhasil dikelola oleh pemerintah daerah. Ketimpangan ini, menurut Hanif, menimbulkan risiko serius terhadap kualitas lingkungan dan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah.

Sebagai langkah strategis, pemerintah mendorong pengembangan teknologi waste to energy, terutama di kota-kota besar dengan volume sampah di atas 1.000 ton per hari. Inisiatif ini dipadukan dengan penerapan ekonomi sirkular agar sampah tidak hanya dipandang sebagai limbah, melainkan dapat diolah kembali menjadi sumber daya yang bernilai bagi masyarakat.