Radarnesia.com – Militer Israel memerintahkan evakuasi massal di Gaza utara pada Minggu, 29 Juni 2025, sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan diakhirinya perang sebagai bagian dari dorongan baru untuk menengahi gencatan senjata.

“Buat kesepakatan di Gaza, dapatkan kembali para sandera,” tulis Trump melalui akun Truth Social pada Minggu pagi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan akan menggelar pertemuan tingkat tinggi untuk mengevaluasi kemajuan operasi militer. Seorang pejabat keamanan senior mengatakan militer akan menyampaikan bahwa operasi di Gaza hampir mencapai tujuannya, tetapi memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat membahayakan sandera Israel yang masih ditahan.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis melalui platform X dan pesan singkat ke penduduk, militer Israel mendesak warga Gaza utara untuk mengungsi ke wilayah Al-Mawasi di Khan Younis, yang ditetapkan sebagai zona kemanusiaan.

“Pasukan sedang melakukan operasi intensif di wilayah ini. Operasi akan meningkat dan meluas untuk menghancurkan organisasi teroris,” tulis pernyataan tersebut dan dikutip AsiaOne, Senin, 30 Juni 2025.

Perintah evakuasi mencakup wilayah Jabalia dan sebagian besar distrik Kota Gaza. Menurut laporan tenaga medis dan warga setempat, serangan udara Israel meningkat di Jabalia, menghancurkan sejumlah rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang.

Di Khan Younis, lima orang tewas dalam serangan udara di perkemahan tenda dekat Al-Mawasi, sementara sedikitnya 12 lainnya dilaporkan meninggal dalam serangan terpisah di berbagai lokasi di Gaza. Dengan demikian, jumlah korban jiwa pada hari Minggu tercatat sebanyak 23 orang.

Di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, para keluarga korban memberikan penghormatan terakhir sebelum pemakaman. “Sebulan lalu Israel menyuruh kami pindah ke Al-Mawasi, kami tinggal di sana selama sebulan karena disebut zona aman,” kata Zeyad Abu Marouf kepada Reuters.

Sementara itu, mediator dari Mesir dan Qatar yang didukung oleh AS memulai kembali upaya gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran dan mendorong pembebasan sandera.

Seorang pejabat Hamas menyatakan bahwa pihaknya bersedia kembali ke meja perundingan, namun menegaskan bahwa kesepakatan apapun harus mencakup pengakhiran perang. Hamas menyatakan siap membebaskan sandera yang tersisa—diperkirakan sebanyak 20 orang yang masih hidup—hanya jika kesepakatan mengakhiri konflik tercapai. Israel, di sisi lain, bersikeras perang tidak akan dihentikan sampai Hamas dilucuti dan dibubarkan.