Radarnesia.com – Bitcoin melesat mencetak level harga tertinggi baru menembus 118.000 dolar AS pada Jumat 11 Juli 2025, memicu gelombang likuidasi posisi short terbesar di pasar derivatif kripto sepanjang 2025, dengan nilai total lebih dari 1,13 miliar dolar AS dalam 24 jam terakhir.

Likuidasi terbesar terjadi pada kontrak berjangka (futures) Bitcoin senilai 590 juta dolar AS, disusul oleh Ethereum (ETH) sebesar 241 juta dolar AS.

Dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan sebanyak 237 ribu trader tercatat mengalami likuidasi, dengan posisi short BTC-USDT senilai 88,5 juta dolar AS menjadi yang terbesar.

Lonjakan harga ini didorong oleh sentimen bullish yang kuat, terbukti dari open interest Bitcoin futures yang naik 2 miliar dolar AS hanya dalam 4 jam dan long-short ratio yang kini condong ke posisi long (52 persen).

Ia menilai peristiwa ini mencerminkan fenomena klasik ‘short squeeze’, di mana kenaikan harga yang tajam dipicu oleh tekanan beli akibat likuidasi posisi short yang terlalu padat.

“Bagi investor kripto, momen ini menggarisbawahi pentingnya disiplin manajemen risiko dan tidak over-leverage atau menggunakan posisi leverage dengan tingkat yang terlalu tinggi, terutama saat tren bullish di pasar kripto masih cukup kuat, meskipun pada situasi di mana katalis positif jangka pendek dirasa minim,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa peluang kenaikan harga masih terbuka dalam waktu dekat, namun investor tetap perlu waspada karena lonjakan harga yang tajam sering kali diikuti koreksi saat euforia pasar mereda.

“Volatilitas ekstrem tetap harus diantisipasi, karena reli berbasis likuidasi sering diikuti oleh fase konsolidasi atau retrace setelah euforia mereda,” ujarnya.

Selain faktor teknikal, sentimen makroekonomi turut mempengaruhi pergerakan pasar. Bank sentral AS alias The Fed diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuannya dalam waktu dekat, mengingat belum adanya sinyal pelonggaran kebijakan dari Ketua The Fed Jerome Powell.

Fahmi menambahkan bahwa lonjakan permintaan terhadap Bitcoin juga didorong oleh strategi akumulasi dari investor institusional dan ‘whale’ yang semakin memperkuat daya tahan harga aset tersebut.

“Faktor-faktor tersebut berpotensi memperkuat level harga Bitcoin dalam setiap potensi fluktuasi ke depan, yang juga dapat mendukung potensi reli lanjutan
apabila likuiditas semakin meningkat,” imbuh Fahmi.

Dari sektor Altcoin, sentimen ETF yang berpotensi dapat berkembang pada kuartal keempat seiring dengan keterlibatan dan dukungan presiden Trump membuat aset-aset kripto selain Bitcoin tidak kalah menariknya. Koreksi harga yang terjadi dalam beberapa bulan ke belakang yang telah menempatkan mayoritas altcoin berada pada tingkat valuasi yang cukup rendah relatif terhadap level harga historisnya, dapat turut membuat daya tarik altcoin semakin meningkat.

Fahmi menjelaskan strategi bagi Investor untuk lebih menyeimbangkan risiko atau mengoptimalkan keuntungan dari fluktuasi harga Bitcoin ini, investor dapat memanfaatkan fitur Futures dengan tingkat leverage yang wajar dengan menggunakan platform terpercaya yang memiliki kredibilitas tinggi terhadap harga pasar yang digunakan.

“Saat ini, futures di Indonesia juga sudah diatur secara legal sejak Februari lalu. Sehingga, fitur ini memungkinkan traders kripto di Indonesia untuk memaksimalkan potensi pasar dengan modal kecil secara aman di exchange yang berizin,” ungkapnya.

“Seperti di Reku yang menawarkan fitur Futures dengan leverage hingga 25x, yang terbilang merupakan tingkat leverage yang relatif terjaga namun tetap dapat menawarkan potensi keuntungan yang menarik,” jelas Fahmi.

“Selain itu, Reku Futures juga telah dilengkapi dengan sistem manajemen risiko yang mumpuni melalui Stop Loss dan Take Profit. Sehingga pengguna dapat secara fleksibel mengelola risiko berdasarkan tujuan investasi dan profil masing-masing,” tambah Fahmi.