Radarnesia.com – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan berbagai strategi dan kebijakan untuk meraih target ketahanan dan swasembada energi.

Hal tersebut disampaikan Wamen Menteri ESDM Yuliot, melalui keterangan resmi, Kamis (10/7/2025).

Yuliot mengatakan, kebijakan nasional menempatkan kemandirian energi sebagai salah satu prioritas utama dalam memperkokoh pertahanan negara dan memantapkan ketahanan nasional.

“Kalau dilihat dari sisi kebijakan, sesuai dengan prioritas program nasional, di mana untuk memantapkan ketahanan nasional, termasuk di dalamnya adalah keamanan negara, maka harus dilakukan kemandirian di bidang energi. Bagaimana kita melakukan swasembada, ekonomi hijau, dan juga melanjutkan hilirisasi,” ujarnya.

Adapun strategi pertama adalah melalui peningkatan lifting dan infrastruktur minyak dan gas bumi (migas).

Yuliot mengatakan, pada 2030, target lifting minyak ditetapkan mencapai 1 juta barel per hari (bopd) dan lifting gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD).

Pembangunan infrastruktur pipa gas juga terus digenjot, antara lain pipa Cirebon-Semarang (Cisem) sepanjang 325 km dan Dumai-Sei Mangke (Dusem) sepanjang 555 km.

Strategi kedua adalah peningkatan pasokan listrik. Wamen ESDM mengatakan, pemerintah telah mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034, yang mematok target penambahan pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), transmisi 47.758 kilometer sirkuit, serta gardu induk dengan kapasitas total 107.950 megavolt ampere (MVA).

Strategi ini pun diiringi dengan pemanfaatan EBT yang juga terus diperluas.

“Untuk penambahan program biodiesel, di samping ada ketahanan energi juga, akan terjadi juga peningkatan bagi terciptanya lapangan kerja dalam program mandatori biodiesel ini,” kata Yuliot.

Pemerintah juga menetapkan mandatori biodiesel 40 persen (B40) pada 2025 dan menargetkan B50 pada 2026.

Pada 2034, penambahan kapasitas EBT di sektor kelistrikan nasional diproyeksikan mencapai 42,6 GW.

Untuk mendukung program ini, Yuliot mengatakan pemerintah aktif melakukan evaluasi kesiapan industri serta ketersediaan bahan baku.

Strategi-strategi tersebut diharapkan bisa menjawab berbagai tantangan bagi sektor energi nasional yang masih dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Beberapa di antaranya adalah pemerataan ketersediaan energi di seluruh pelosok Indonesia, ketidakpastian global akibat konflik di negara-negara produsen sumber energi, dan tingginya ketergantungan pada impor energi.

Selain itu, beban fiskal pemerintah yang cukup berat serta tingginya subsidi energi turut menambah kompleksitas, ditambah komitmen untuk mencapai bauran 23 persen energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025 dan net zero emission (NZE) pada 2060.