RADARNESIA.COM – Kabar duka dari dunia sepak bola, kapal wisata yang ditumpangi pelatih klub Valencia tenggelam di Manggarai, NTT. Pelatih Valencia dan Tiga Anaknya Hilang Saat Kapal Wisata Karam di Perairan Labuan Bajo, tepatnya di perairan Pulau Padar, Jumat (26/12/2025) malam.

Sementara sang istri selamat, pelatih dan ketiga anaknya dinyatakan hilang. Tim SAR kini memperluas area pencarian dengan menambah armada.

Investigasi mendalam kini tertuju pada penyebab tenggelamnya KM Meski otoritas pelabuhan menyebut adanya “anomali cuaca”, fakta bahwa mesin kapal mati sesaat sebelum karam memicu pertanyaan besar: Apakah kapal ini benar-benar layak melaut ?

Tragedi yang menelan korban hilang pelatih Valencia CF, Martin Carreras Fernando dan tiga anaknya ini, membuka tabir kelam manajemen keselamatan pelayaran di destinasi superprioritas Labuan Bajo.

Laporan kronologi menunjukkan bahwa sebelum dihantam gelombang, KM Putri Sakinah mengalami mati mesin setelah 30 menit lepas tali dari Pulau Komodo. Dalam dunia maritim, kondisi mesin yang mati di tengah laut membuat kapal kehilangan daya manuver (not under command), menjadikannya sasaran empuk hantaman gelombang.

Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo, Stephanus Rudiyanto, bersikeras bahwa kapal dalam kondisi layak. Namun, kegagalan mekanis di tengah pelayaran malam hari menimbulkan spekulasi mengenai standar perawatan rutin kapal-kapal wisata kayu di wilayah tersebut.

Terdapat celah komunikasi yang fatal antara prediksi cuaca dan izin berlayar (SPB). Sementara pihak pelabuhan mengklaim prediksi gelombang hanya 0,5 meter, BMKG nyatanya telah mengeluarkan peringatan dini sejak 22 Desember terkait potensi siklon dan gelombang hingga 2,5 meter di Selat Sape.

“Kondisi mesin yang tidak prima ditambah arus kencang Desember adalah kombinasi maut. Kapal yang kehilangan tenaga mesin di saat cuaca buruk tidak akan punya kesempatan bertahan,” ujar seorang praktisi maritim setempat yang enggan disebutkan namanya.

Publik kini menanti jawaban pasti. Jika benar terjadi kelalaian dalam pengecekan mesin sebelum kapal dicarter oleh keluarga Fernando, maka ini bukan sekadar kecelakaan alam, melainkan kegagalan sistem pengawasan.

Saat ini, Tim SAR Gabungan masih fokus melakukan penyisiran radius 5,25 mil laut dari lokasi kejadian. Di sisi lain, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) diharapkan segera turun tangan untuk memeriksa serpihan kamar nakhoda dan mesin kapal yang ditemukan guna memastikan apakah ada unsur kelalaian manusia (human error) atau teknis.

Di Spanyol, bendera setengah tiang seolah berkibar bagi Fernando. Namun di Labuan Bajo, wajah penuh duka Ortuno Andrea (istri korban) menuntut jawaban: Mengapa kapal yang membawa keluarganya bisa kehilangan tenaga di saat laut sedang tidak bersahabat?

Tragedi ini menjadi tamparan keras bagi pariwisata Indonesia untuk memperketat sertifikasi kelaikan kapal wisata, agar tidak ada lagi nyawa yang hilang di balik dalih “anomali cuaca”. (red)