RADARNESIA.COM, Jakarta – Moda raya terpadu (MRT) Jakarta menjadi salah satu alternatif transportasi publik favorit bagi publik. Kecanggihannya sudah menyamai kelas dunia, meski jaraknya masih terbatas di fase satu, Lebak Bulus-Bundaran HI.
Sejak pertama beroperasi tahun 2019, MRT Jakarta memiliki ketepatan waktu yang presisi dan keamanan yang ketat yakni dengan pemeriksaan sebelum penumpang masuk ke dalam peron.
Seiring berjalannya waktu, tingginya pengguna moda transportasi tersebut membuat publik memilih MRT Jakarta sebagai alternatif utama, khususnya berangkat kerja.
Anti macet dan jarak tempuh yang singkat menjadi alasan utama, mengapa MRT Jakarta menjadi favorit. Namun demikian, ada sejumlah kritik dari pengguna yang harus menjadi perhatian. Salah satunya security check atau pemeriksaan keamanan.
Anti macet dan jarak tempuh yang singkat menjadi alasan utama, mengapa MRT Jakarta menjadi favorit. Namun demikian, ada sejumlah kritik dari pengguna yang harus menjadi perhatian. Salah satunya security check atau pemeriksaan keamanan.
Dhika, seorang pekerja swasta yang selalu menggunakan MRT Jakarta mempertanyakan mengapa kebijakan pemeriksaan kemanan untuk tas harus dilakukan. Menurut dia, di saat harus mengejar waktu untuk berangkat kerja, dirinya dan penumpang lain justru harus tertahan karena hal tersebut.
“Gue bingung sama kebijakan MRT, awal mereka pakai xray tiap mau masuk stasiun yang mana menurut gue agak berlebihan dan bikin antrian panjang. Lalu all of the sudden bulan ini mereka hilangkan tuh xray di tiap stasiun, digantikan garrett (metal detector),” kata Dhika di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Dhika bercerita, dari beberapa stasiun yang disambangi, CSW menjadi stasiun paling sibuk karena menjadi rute transit yang bersinggungan dengan penumpang TransJakarta.
“CSW notabene salah satu stasiun paling sibuk, mereka bukannya pakai garrett tp cek manual pakai stik, penumpang harus buka tas, pagi-pafi orang lagi incrush malah diribetin,” keluh dia.
Senada dengan itu, Evi yang bekerja di daerah Sudirman juga merasakan hal senada. Dia memperhatikan, biasanya pemeriksaan keamanan dilakukan dengan metal detector tapi kali ini hanya pakai stick.
“Saya juga bingung awalnya cuma garrett terus sekarang manual check di MRT Bunderan Senayan. Itu bikin ribet,” kritik dia.
Evi berpandangan, jika hal itu hanya sebatas formalitas harusnya MRT Jakarta bisa lebih bijak untuk menyiasati cara efisien untuk keamanan. Karena dengan cara saat ini, hal itu justru mengganggu kenyamanan pelanggan dan memakan waktu saat sedang terburu-buru.
“Saya pernah komen ke satpamnya, kalian lihat isi tas gini kalau formalitas doang mending engga usah. Pakai garrett aja. Saya pernah lagi ribet banget barang dibawa banyak, saya bilang buka dan lihat sendiri aja, tangan saya ribet,” keluh dia.
Menanggapi hal itu, Kepala Divisi Corporate Secretary MRT Ahmad Pratomo mengatakan pada prinsipnya pemeriksaan keamanan di stasiun MRT Jakarta dilakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan penumpang selama berada di fasilitas sarana dan prasarana MRT Jakarta. Soal keluhan pelanggan, dia memastikan terbuka untuk dilakukan evaluasi.
“Dalam implementasinya, MRT Jakarta tetap mengedepankan perbaikan berkelanjutan berdasarkan masukan dari berbagai pihak agar tetap adaptif dengan situasi dan kondisi yang ada,” kata Ahmad saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.