Radarnesia.com – Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia, kontributor utama dalam pasar global, akan stagnan sekitar 70 juta ton mulai tahun 2024. Faktor utama yang dikaitkan dengan proyeksi ini adalah pertimbangan lingkungan dan meningkatnya biaya produksi.
Hal itu diutarakan oleh Dewan Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit (CPOPC) yang memperkirakan bahwa tidak melihat peningkatan eksponensial dalam produksi CPO (crude palm oil) di Malaysia dan Indonesia.
“Kami percaya produksi akan stagnan sekitar 70 juta ton, yang merupakan 84% dari produksi dunia,” kata Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC Datuk Nageeb Wahab melansir Beritasatu.com baru-baru ini.
Produksi CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan mencapai 69 juta ton tahun ini. Proyeksi Refinitiv menunjukkan bahwa Indonesia diperkirakan akan memproduksi 50,7 juta ton CPO tahun ini, meningkat dari 45,1 juta ton tahun lalu. Begitu pula, Malaysia diproyeksikan akan memproduksi 18,4 juta ton tahun ini, naik dari 18,1 juta ton tahun sebelumnya.
Nageeb menekankan kemungkinan terjadinya kelangkaan pasokan (short supply), yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan dan stagnasi pasokan. Namun, dia menyatakan keyakinan terhadap stabilitas harga pada tingkat yang menguntungkan.
“Akan terjadi short supply karena permintaan yang meningkat dan pasokan yang stagnan, tetapi kami mengharapkan harga tetap konsisten pada tingkat yang baik,” katanya.
Nageeb juga mencatat bahwa margin semakin menyempit tetapi tetap wajar. “Biaya produksi dulu US$ 100 per ton 20 tahun yang lalu, tetapi sekarang biaya telah naik menjadi US$ 400-US$ 500. Margin masih ada, tetapi tidak eksponensial,” tambahnya.
Memanfaatkan hasil dari konferensi iklim COP28 yang baru-baru ini, CPOPC siap memanfaatkan pergeseran global dari bahan bakar fosil. Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman mengatakan bahwa Indonesia sedang berusaha untuk beralih dari bahan bakar fosil melalui implementasi mandat B35.
“Kami memanfaatkan penggunaan biodiesel, dengan kenaikan dari B35 menjadi B40 diharapkan pada tahun depan,” ujarnya.
Mandat B35 adalah kebijakan yang meningkatkan campuran biodiesel berbasis minyak kelapa sawit dari 30% menjadi 35%, dengan perkiraan meningkatkan permintaan domestik untuk CPO sebesar 2 juta ton.